Di Publikasikan: 06 Juli 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Kardioversi: Prosedur Medis untuk Mengembalikan Irama Jantung Normal

Kardioversi: Prosedur Medis untuk Mengembalikan Irama Jantung Normal

Kardioversi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengembalikan irama jantung yang abnormal (aritmia) menjadi irama sinus normal. Prosedur ini dapat menyelamatkan nyawa, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah komplikasi jangka panjang yang serius. Kardioversi paling sering digunakan pada pasien dengan fibrilasi atrium (AFib), namun juga dapat diterapkan pada jenis aritmia lainnya seperti flutter atrium dan takikardia supraventrikular.

Menurut American Heart Association, fibrilasi atrium memengaruhi lebih dari 33 juta orang di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab utama stroke yang dapat dicegah.

Jenis-Jenis Kardioversi

Secara umum, terdapat dua jenis utama kardioversi yang digunakan dalam praktik medis:

1. Kardioversi Elektrik

Ini adalah metode yang paling umum digunakan, terutama dalam kondisi gawat darurat atau ketika obat tidak efektif. Prosedur ini menggunakan kejutan listrik terkontrol yang dikirimkan ke jantung melalui alat defibrillator eksternal. Tujuannya adalah untuk menghentikan aritmia dan memulihkan ritme jantung normal.

Prosedur ini biasanya dilakukan di rumah sakit, di bawah pengaruh obat penenang atau anestesi ringan agar pasien tidak merasakan sakit.

2. Kardioversi Farmakologis

Metode ini menggunakan obat-obatan antiaritmia yang diberikan secara oral atau intravena untuk mengembalikan ritme jantung normal. Biasanya digunakan jika kondisi pasien stabil dan tidak memerlukan tindakan segera.

Contoh obat yang umum digunakan termasuk amiodaron, flekainid, propafenon, dan sotalol.

Indikasi Kardioversi

Kardioversi biasanya direkomendasikan untuk pasien dengan:

  • Fibrilasi atrium (AFib)
  • Flutter atrium
  • Takikardia supraventrikular
  • Aritmia yang menyebabkan gejala berat seperti sesak napas, nyeri dada, atau pusing

Menurut Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), kardioversi direkomendasikan jika aritmia berlangsung lebih dari 48 jam dengan evaluasi risiko tromboemboli terlebih dahulu.

Prosedur Kardioversi Elektrik

Persiapan Pasien

Sebelum prosedur, pasien akan menjalani pemeriksaan EKG, tes darah, dan biasanya ekokardiografi transesofageal untuk memastikan tidak adanya bekuan darah di dalam atrium.

Jika aritmia telah berlangsung lebih dari 48 jam, terapi antikoagulan seperti warfarin atau DOAC (direct oral anticoagulants) akan diberikan selama setidaknya 3 minggu sebelum kardioversi.

Pelaksanaan

Prosedur dilakukan oleh dokter spesialis jantung dengan dukungan tim medis. Pasien diberikan sedasi ringan atau anestesi umum. Dua pad elektroda diletakkan di dada dan punggung. Kejutan listrik singkat diberikan yang disinkronisasi dengan denyut jantung untuk menghindari risiko fibrilasi ventrikel.

Biasanya hanya diperlukan satu atau dua kejutan, dan prosedur selesai dalam hitungan menit.

Pemulihan

Pasien biasanya dipantau selama beberapa jam pasca-prosedur. Jika tidak ada komplikasi, pasien dapat pulang di hari yang sama.

Kardioversi Farmakologis: Obat dan Efektivitas

Obat-Obatan yang Digunakan

  • Amiodaron: Efektif untuk AFib dan flutter atrium, namun memiliki efek samping jangka panjang pada tiroid, hati, dan paru-paru.
  • Flekainid dan Propafenon: Lebih efektif pada pasien tanpa penyakit jantung struktural.
  • Sotalol: Memiliki efek beta blocker dan antiaritmia.

Efektivitas kardioversi farmakologis umumnya lebih rendah dibandingkan kardioversi elektrik, terutama jika AFib sudah berlangsung lama.

Pemantauan

Selama pemberian obat, pasien dipantau di rumah sakit karena adanya risiko aritmia baru, termasuk torsades de pointes yang berpotensi fatal.

Risiko dan Komplikasi

Setiap prosedur medis memiliki risiko, begitu juga dengan kardioversi. Risiko umumnya meliputi:

  • Emboli: Jika terdapat bekuan darah di atrium, risiko stroke meningkat. Oleh karena itu, terapi antikoagulan sangat penting.
  • Aritmia Baru: Kadang kardioversi dapat memicu aritmia lain yang lebih serius.
  • Luka Bakar Ringan: Dapat terjadi di area pelekatan elektroda.
  • Efek Samping Obat: Termasuk reaksi alergi atau toksisitas organ tertentu.

Namun, menurut European Society of Cardiology , kardioversi memiliki tingkat keberhasilan 70-90% dan komplikasi serius sangat jarang terjadi jika dilakukan sesuai protokol.

Prognosis dan Tindak Lanjut

Setelah kardioversi, penting untuk mengevaluasi penyebab dasar aritmia dan memulai terapi pencegahan. Obat antiaritmia mungkin perlu dilanjutkan untuk mencegah kekambuhan. Terapi antikoagulan juga perlu dipertimbangkan secara individual.

Pemantauan rutin melalui EKG dan konsultasi berkala dengan dokter jantung sangat dianjurkan.

Alternatif dan Perkembangan Terkini

Jika kardioversi tidak berhasil atau aritmia kambuh, pilihan lain termasuk:

  • Ablasi Kateter: Prosedur invasif yang menghancurkan jaringan penyebab aritmia.
  • Implantasi Alat Pacu Jantung: Untuk pasien dengan denyut jantung sangat lambat atau gagal jantung.
  • Manajemen Irama vs Frekuensi: Dalam beberapa kasus, fokus bukan pada mengembalikan ritme normal tetapi mengendalikan kecepatan detak jantung.

Studi terkini seperti CASTLE-AF menunjukkan bahwa ablasi bisa memberikan manfaat lebih besar pada pasien dengan gagal jantung dan AFib dibandingkan hanya terapi obat.

Kesimpulan

Kardioversi adalah prosedur penting dalam tata laksana aritmia, khususnya fibrilasi atrium. Dengan persiapan yang tepat dan pemantauan ketat, prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan tinggi dan komplikasi yang rendah. Konsultasi dengan spesialis jantung sangat dianjurkan untuk menentukan metode terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.

Sebagaimana ditegaskan oleh Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita : “Kardioversi adalah terapi yang efektif untuk mengembalikan ritme jantung normal, namun memerlukan seleksi pasien dan evaluasi risiko yang tepat.”

Penutup

Dengan pemahaman yang baik tentang prosedur kardioversi, pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan medis yang lebih tepat, berdasarkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Share Artikel