Donepezil: Obat untuk Alzheimer dan Gangguan Kognitif

Donepezil adalah salah satu obat yang paling banyak digunakan dalam pengobatan penyakit Alzheimer, terutama pada tahap ringan hingga sedang. Obat ini termasuk dalam kelas inhibitor asetilkolinesterase, yang bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmiter asetilkolin di otak. Dalam artikel ini, akan dibahas secara menyeluruh mengenai apa itu donepezil, mekanisme kerjanya, indikasi medis, dosis, efek samping, serta informasi penting lainnya yang perlu diketahui.
Apa Itu Donepezil?
Donepezil merupakan obat yang digunakan untuk memperlambat penurunan fungsi kognitif pada penderita Alzheimer. Meskipun obat ini tidak menyembuhkan Alzheimer, donepezil dapat membantu meningkatkan atau mempertahankan kemampuan mental, memori, serta fungsi harian pasien.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta berbagai jurnal medis, donepezil telah disetujui sebagai terapi untuk mengatasi gejala demensia Alzheimer sejak tahun 1996. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan juga bentuk disintegrasi oral.
Mekanisme Kerja
Donepezil bekerja dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase, yaitu enzim yang bertanggung jawab untuk memecah asetilkolin. Asetilkolin adalah zat kimia di otak yang penting untuk memori, belajar, dan proses berpikir.
Dengan menghambat enzim ini, kadar asetilkolin di otak meningkat, yang pada gilirannya membantu memperbaiki komunikasi antar sel saraf. Ini memberikan efek positif dalam mengurangi gejala kognitif pada pasien Alzheimer.
“Donepezil meningkatkan transmisi kolinergik di otak, yang sering terganggu pada penderita Alzheimer,” ungkap Dr. William Thies dari Alzheimer’s Association dalam pernyataan ilmiah tahun 2018.
Indikasi Medis
Donepezil umumnya diresepkan untuk:
- Penyakit Alzheimer ringan hingga sedang
- Penyakit Alzheimer berat (dalam beberapa kasus)
- Demensia akibat penyakit Parkinson (dengan pertimbangan klinis)
Meskipun digunakan luas pada Alzheimer, efektivitas donepezil untuk jenis demensia lain seperti demensia vaskular masih menjadi bahan kajian dan tidak secara resmi disetujui untuk itu.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis donepezil bervariasi tergantung pada tingkat keparahan gejala dan respon pasien terhadap pengobatan. Dosis awal biasanya dimulai dengan:
- 5 mg sekali sehari, diberikan pada malam hari sebelum tidur.
- Setelah 4 hingga 6 minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg per hari, bila pasien mentoleransi dengan baik.
Penggunaan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, dan penting untuk tidak menghentikan pengobatan secara tiba-tiba tanpa konsultasi medis.
📚 Baca Juga
- Mengenal Lebih Dekat Bakteri Faecalibacterium dan Coprococcus: Pilar Kesehatan Usus Manusia
- Produk AFC Life Science yang Bisa Mengatasi Penyakit Kanker Payudara
- Menu Diet Sehat Seminggu untuk Hidup Lebih Seimbang
- Anoreksia: Mengenal Gangguan Makan Serius yang Mengancam Jiwa
- Hormon Kortisol: Fungsi, Regulasi, dan Dampaknya bagi Kesehatan
Efek Samping
Seperti obat lainnya, donepezil dapat menimbulkan efek samping, meskipun tidak semua orang mengalaminya. Beberapa efek samping umum meliputi:
Efek samping yang lebih serius namun jarang terjadi meliputi:
- Bradikardia (detak jantung lambat)
- Reaksi alergi berat
- Kejang
- Masalah saluran cerna berat (seperti tukak lambung)
“Pengawasan ketat terhadap efek kardiovaskular sangat penting saat pemberian donepezil, terutama pada pasien lanjut usia,” ujar Prof. Dr. Subagio Adi, SpS(K), neurolog dari RSUP Nasional.
Kontraindikasi dan Peringatan
Donepezil tidak boleh digunakan oleh pasien dengan:
- Riwayat alergi terhadap donepezil atau derivat piperidin
- Gangguan irama jantung tertentu
- Penyakit lambung berat
- Asma berat atau penyakit paru kronis
Wanita hamil dan menyusui juga harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini, karena data keamanan untuk kelompok ini masih terbatas.
Interaksi Obat
Donepezil dapat berinteraksi dengan obat lain, yang bisa meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitasnya. Beberapa obat yang perlu diwaspadai antara lain:
- Obat antikolinergik (misalnya atropin)
- Obat antiaritmia (seperti quinidine)
- Obat antifungal (ketoconazole)
- Obat NSAID (ibuprofen, aspirin)
Konsultasikan selalu daftar obat yang sedang dikonsumsi kepada tenaga medis sebelum memulai terapi donepezil.
Studi dan Efikasi Klinis
Berdasarkan penelitian dalam “New England Journal of Medicine” (2004), donepezil menunjukkan perbaikan fungsi kognitif yang signifikan pada pasien Alzheimer ringan hingga sedang, dibandingkan dengan plasebo.
Dalam studi serupa oleh Birks dan Harvey (Cochrane Review, 2018), disimpulkan bahwa donepezil memiliki dampak positif dalam menjaga fungsi sehari-hari pasien serta memperlambat penurunan memori, meskipun manfaatnya bersifat moderat.
Kepatuhan Pasien dan Dukungan Keluarga
Keberhasilan terapi donepezil tidak hanya tergantung pada efektivitas obat, tetapi juga pada kepatuhan pasien serta dukungan dari keluarga dan pengasuh. Karena Alzheimer adalah penyakit kronis dan progresif, keberlanjutan pengobatan sangat krusial.
“Dukungan psikososial dan keterlibatan keluarga merupakan bagian integral dari pengelolaan Alzheimer,” tegas Dr. Mira Handayani, Psikolog Klinis.
Alternatif dan Kombinasi Terapi
Selain donepezil, ada juga obat lain seperti rivastigmin dan galantamin yang bekerja dengan mekanisme serupa. Dalam kasus tertentu, dokter dapat meresepkan kombinasi dengan memantin, yang bekerja dengan memodulasi aktivitas glutamat di otak.
Namun kombinasi obat harus dilakukan dengan pengawasan ketat, karena risiko interaksi dan efek samping bisa meningkat.
Kesimpulan
Donepezil merupakan pilihan utama dalam terapi Alzheimer, terutama pada tahap awal dan sedang. Dengan mekanisme kerja yang meningkatkan kadar asetilkolin di otak, obat ini dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif dan kualitas hidup pasien.
Meskipun bukan obat penyembuh, donepezil tetap menjadi bagian penting dari terapi terpadu untuk Alzheimer, bersama intervensi psikososial, edukasi keluarga, dan rehabilitasi kognitif.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memulai atau menghentikan pengobatan, serta memastikan pemantauan rutin selama terapi.