Di Publikasikan: 10 Juli 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Rivastigmine: Obat untuk Penanganan Alzheimer dan Parkinson

Rivastigmine: Obat untuk Penanganan Alzheimer dan Parkinson

Rivastigmine adalah obat yang tergolong dalam kelas inhibitor kolinesterase dan digunakan secara luas dalam penanganan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson. Obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar asetilkolin, yaitu senyawa kimia di otak yang berperan penting dalam proses berpikir, mengingat, dan belajar.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai rivastigmine mulai dari mekanisme kerja, indikasi, dosis, cara penggunaan, efek samping, kontraindikasi, hingga interaksi obat. Informasi ini penting bagi pasien, keluarga pasien, maupun tenaga kesehatan yang ingin memahami secara komprehensif tentang obat ini.

Mekanisme Kerja Rivastigmine

Rivastigmine bekerja dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase. Kedua enzim ini bertanggung jawab untuk memecah asetilkolin di sinapsis otak. Dengan menghambat aktivitas enzim ini, rivastigmine membantu meningkatkan konsentrasi asetilkolin, sehingga memperbaiki komunikasi antar sel saraf yang terganggu pada penderita Alzheimer dan Parkinson.

Menurut The American Journal of Geriatric Psychiatry , terapi inhibitor kolinesterase seperti rivastigmine dapat memperlambat penurunan kognitif dan memperbaiki gejala perilaku pada pasien demensia ringan hingga sedang.

Indikasi Penggunaan

Rivastigmine direkomendasikan untuk digunakan dalam:

  • Penyakit Alzheimer ringan hingga sedang
  • Demensia yang berhubungan dengan penyakit Parkinson

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah menyetujui rivastigmine sebagai terapi lini pertama untuk kedua kondisi tersebut. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, larutan oral, dan patch transdermal.

Dosis dan Cara Penggunaan

Dosis rivastigmine disesuaikan berdasarkan bentuk sediaan dan respons pasien terhadap terapi. Berikut ini adalah panduan umum:

1. Kapsul dan Larutan Oral:

  • Dosis awal: 1,5 mg dua kali sehari
  • Dosis dapat ditingkatkan bertahap setiap 2 minggu hingga dosis maksimum 6 mg dua kali sehari

2. Patch Transdermal:

  • Dosis awal: 4,6 mg per 24 jam
  • Dosis pemeliharaan: 9,5 mg hingga 13,3 mg per 24 jam

Patch sebaiknya dipasang di kulit yang bersih, kering, dan tidak berbulu, seperti punggung atas, lengan atas, atau dada.

Efek Samping Rivastigmine

Seperti obat-obatan lainnya, rivastigmine juga memiliki potensi efek samping, di antaranya:

  • Umum: mual, muntah, kehilangan nafsu makan, diare
  • Lainnya: pusing, sakit kepala, kelelahan, tremor
  • Efek serius: bradikardia, sinkop (pingsan), ulkus gastrointestinal, dan reaksi kulit berat pada penggunaan patch

“Menurut laporan dari European Medicines Agency (EMA) , risiko efek samping gastrointestinal lebih tinggi pada bentuk oral dibanding patch. Oleh karena itu, formulasi transdermal sering kali lebih disukai pada pasien lansia.”

Kontraindikasi dan Peringatan

Rivastigmine tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan kondisi berikut:

  • Hipersensitivitas terhadap rivastigmine atau derivat karbamat lainnya
  • Riwayat reaksi kulit berat terhadap patch rivastigmine
  • Gangguan hati berat

Hati-hati juga dalam penggunaan pada pasien dengan:

  • Gangguan konduksi jantung
  • Asma atau penyakit paru kronis
  • Ulkus gastrointestinal aktif
  • Berat badan rendah atau rentan dehidrasi

Interaksi Obat

Rivastigmine dapat berinteraksi dengan beberapa obat lain, di antaranya:

  • Antikolinergik: dapat mengurangi efektivitas rivastigmine
  • Beta blocker: meningkatkan risiko bradikardia
  • Obat anestesi: meningkatkan efek vagal saat pembedahan

Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk memberitahukan semua obat yang sedang dikonsumsi kepada dokter.

Keamanan Penggunaan pada Lansia

Populasi lansia sangat rentan terhadap demensia, dan rivastigmine merupakan salah satu pilihan terapi utama. Menurut studi dari Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry, penggunaan rivastigmine patch pada pasien lansia menunjukkan profil keamanan yang lebih baik dan kepatuhan pasien yang lebih tinggi dibanding bentuk oral.

Rivastigmine dalam Praktik Klinik

Dalam praktik sehari-hari, rivastigmine digunakan sebagai bagian dari pendekatan multidisiplin dalam penanganan Alzheimer dan Parkinson. Terapi ini harus dikombinasikan dengan dukungan psikososial, terapi okupasi, serta pemantauan rutin oleh dokter spesialis saraf atau psikiater geriatri.

Dokter akan mengevaluasi efek terapeutik rivastigmine secara berkala, biasanya dalam 6 hingga 12 minggu setelah inisiasi pengobatan. Jika tidak ada perbaikan gejala atau pasien mengalami efek samping yang signifikan, maka terapi dapat dihentikan atau diganti.

Studi Klinis dan Efektivitas

Sebuah studi klinis besar yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Neurology menunjukkan bahwa rivastigmine memberikan peningkatan signifikan dalam fungsi kognitif dan aktivitas harian pasien Alzheimer dibandingkan plasebo. Studi tersebut juga mencatat bahwa efeknya lebih nyata pada pasien yang menjalani terapi lebih dari 24 minggu.

Perbandingan dengan Obat Lain

Rivastigmine sering dibandingkan dengan inhibitor kolinesterase lainnya seperti donepezil dan galantamin. Secara umum:

  • Donepezil lebih disukai untuk Alzheimer ringan hingga berat
  • Galantamin efektif pada Alzheimer ringan hingga sedang
  • Rivastigmine unik karena juga efektif pada demensia akibat Parkinson

Pilihan obat tergantung pada profil pasien, tolerabilitas, dan jenis demensia.

Kesimpulan

Rivastigmine merupakan obat penting dalam manajemen penyakit Alzheimer dan Parkinson, dengan mekanisme kerja yang mendukung peningkatan fungsi kognitif dan perilaku pasien. Efektivitasnya telah dibuktikan melalui berbagai studi klinis dan disetujui secara luas oleh badan pengatur internasional.

Namun, penggunaan rivastigmine harus diawasi ketat oleh tenaga medis untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan memaksimalkan manfaat terapi. Edukasi kepada pasien dan keluarganya juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan jangka panjang.

“Pengobatan demensia tidak hanya soal memperlambat penurunan fungsi, tapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga”, ujar Dr. Sumarni, Sp.S, seorang neurolog senior dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Share Artikel