Apa Penyebab Penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD)?

Penyakit refluks gastroesofagus (GERD) adalah kondisi medis kronis yang terjadi ketika asam lambung atau isi lambung lainnya mengalir kembali ke dalam esofagus (kerongkongan). Aliran balik ini dikenal sebagai refluks dan dapat menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus. GERD berbeda dari refluks asam biasa karena frekuensi dan intensitasnya yang lebih tinggi serta gejala yang menetap.
Pengantar Tentang GERD
GERD merupakan salah satu gangguan pencernaan yang paling umum di seluruh dunia. Dalam banyak kasus, penyakit ini tidak mengancam nyawa, tetapi dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan jika tidak ditangani dengan tepat. Menurut data dari American College of Gastroenterology, sekitar 20% penduduk Amerika Serikat menderita GERD.
Menurut kutipan dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), “GERD terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah melemah atau tidak menutup dengan benar, memungkinkan isi lambung naik kembali ke esofagus.”
Penyebab Utama GERD
1. Disfungsi Sfingter Esofagus Bawah (LES)
LES (Lower Esophageal Sphincter) adalah katup otot yang terletak di antara esofagus dan lambung. Fungsi utama LES adalah membuka untuk memungkinkan makanan masuk ke lambung, lalu menutup kembali untuk mencegah asam lambung naik. Ketika LES melemah atau tidak berfungsi dengan baik, asam lambung dapat naik ke esofagus dan menyebabkan iritasi.
2. Hernia Hiatus
Hernia hiatus terjadi ketika bagian atas lambung menonjol ke dalam rongga dada melalui diafragma. Kondisi ini dapat melemahkan LES dan meningkatkan kemungkinan refluks asam. Mayo Clinic menyebutkan bahwa hernia hiatus adalah salah satu penyebab struktural utama dari GERD.
3. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
Tekanan berlebih pada perut akibat kelebihan lemak dapat mendorong isi lambung kembali ke esofagus. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Gut menemukan bahwa individu dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi memiliki risiko lebih besar mengalami GERD.
4. Kehamilan
Perubahan hormonal selama kehamilan serta tekanan dari janin terhadap lambung dapat menyebabkan refluks asam. Meskipun biasanya bersifat sementara, wanita hamil sering mengalami gejala GERD selama trimester kedua dan ketiga.
5. Pola Makan Tidak Sehat
Mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, pedas, cokelat, kopi, minuman beralkohol, dan minuman bersoda dapat memicu refluks asam. Makanan ini dapat melemahkan LES atau meningkatkan produksi asam lambung.
6. Merokok
Nikotin dalam rokok dapat melemahkan otot LES dan mengganggu mekanisme pertahanan alami tubuh terhadap asam lambung. Menurut American Gastroenterological Association, merokok juga dapat mengurangi produksi air liur yang berfungsi menetralisir asam.
📚 Baca Juga
- Stetoskop: Alat Diagnostik Esensial dalam Dunia Medis
- Memahami Abdominal Pain: Definisi, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan
- Sindrom Overtraining: Ancaman Tersembunyi di Balik Latihan Berlebihan
- Manfaat Buah Semangka untuk Kesehatan Tubuh
- Mengenal Polygonum Cuspidatum: Tanaman Herbal Serbaguna dengan Sejuta Manfaat
7. Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Beberapa jenis obat, seperti antikolinergik, penghambat saluran kalsium, obat penenang, dan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat melemahkan LES atau memperlambat pengosongan lambung.
8. Gangguan Pengosongan Lambung
Jika makanan tetap berada di dalam lambung lebih lama dari seharusnya, tekanan pada LES akan meningkat. Ini bisa disebabkan oleh gastroparesis, yaitu kondisi di mana lambung tidak mengosongkan isinya secara normal.
Faktor Risiko Tambahan
Selain penyebab utama, terdapat sejumlah faktor yang dapat memperburuk atau meningkatkan risiko GERD, seperti:
- Makan dalam porsi besar atau terlalu cepat
- Berbaring segera setelah makan
- Mengenakan pakaian yang terlalu ketat
- Stres berlebihan
- Kurangnya aktivitas fisik
Menurut Cleveland Clinic, gaya hidup yang tidak aktif dapat memperburuk gejala GERD dan memperlambat proses pencernaan.
Komplikasi Jika Tidak Ditangani
GERD yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk:
- Esofagitis (peradangan esofagus)
- Striktur esofagus (penyempitan)
- Barrett’s esophagus (perubahan sel pada esofagus)
- Risiko kanker esofagus meningkat
Menurut American Cancer Society, individu dengan Barrett’s esophagus memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan adenokarsinoma esofagus.
Pencegahan dan Gaya Hidup Sehat
Untuk mencegah GERD atau mengurangi gejalanya, berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan:
- Menjaga Berat Badan Ideal: Berat badan sehat mengurangi tekanan pada perut.
- Menghindari Pemicu Makanan: Hindari makanan dan minuman yang diketahui memicu refluks.
- Makan dengan Porsi Kecil: Lebih baik makan sedikit tapi sering daripada porsi besar.
- Tidak Berbaring Setelah Makan: Tunggu setidaknya 2-3 jam sebelum tidur atau berbaring.
- Tidur dengan Kepala Lebih Tinggi: Gunakan bantal tambahan atau ganjal kasur bagian kepala.
- Berhenti Merokok dan Mengurangi Alkohol: Menghindari rokok dan alkohol membantu memperkuat LES.
- Mengelola Stres: Meditasi, olahraga, dan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi gejala.
Kesimpulan
GERD merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh kombinasi faktor fisiologis dan gaya hidup. Disfungsi LES, hernia hiatus, obesitas, kehamilan, pola makan buruk, dan faktor lain seperti obat-obatan dan merokok semuanya berperan dalam terjadinya penyakit ini. Dengan mengenali penyebab dan faktor risikonya, penderita dapat mengambil langkah pencegahan dan pengelolaan yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Seperti dikatakan oleh Dr. David A. Johnson dari Eastern Virginia Medical School, “Penting bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami bahwa GERD bukan sekadar gejala asam lambung naik, melainkan kondisi kronis yang memerlukan pendekatan holistik dalam pengelolaannya.”