Di Publikasikan: 12 Juli 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Escherichia coli: Mengenal Lebih Dekat Bakteri yang Bersahabat Sekaligus Berbahaya

Escherichia coli: Mengenal Lebih Dekat Bakteri yang Bersahabat Sekaligus Berbahaya

Escherichia coli, atau lebih dikenal dengan singkatan E. coli, merupakan salah satu jenis bakteri yang paling dikenal dalam dunia mikrobiologi. Bakteri ini merupakan penghuni alami dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Namun, tidak semua strain E. coli bersifat jinak. Beberapa di antaranya dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, mulai dari diare ringan hingga infeksi sistemik yang mengancam jiwa.

Artikel ini akan membahas secara menyeluruh tentang E. coli, mulai dari karakteristik biologis, peranannya dalam tubuh, potensi bahayanya, hingga langkah-langkah pencegahan dan pengobatan.

Karakteristik Biologis E. coli

E. coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob, yang berarti dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Ukurannya sekitar 1–2 mikrometer, dan memiliki flagela peritrichous yang memungkinkan gerakan aktif. E. coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan merupakan salah satu spesies paling dipelajari dalam biologi molekuler dan genetika.

Menurut Dr. James Kaper dari University of Maryland School of Medicine , “E. coli telah menjadi model organisme dalam penelitian biologi karena kemampuannya untuk tumbuh cepat dan sistem genetiknya yang relatif sederhana.” (Kaper, 2004)

Habitat dan Peranannya dalam Tubuh

Sebagian besar strain E. coli adalah bagian dari mikrobiota usus normal manusia. Mereka membantu proses pencernaan dan sintesis vitamin K, serta bersaing dengan mikroorganisme patogen untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikroba usus.

Namun, dalam kondisi tertentu, E. coli dapat berpindah ke bagian tubuh lain atau berubah menjadi strain patogen akibat mutasi genetik. Strain patogen ini dikenal sebagai pathogenic E. coli dan dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan mekanisme virulensinya.

Klasifikasi Strain Patogen E. coli

Strain patogen E. coli dibagi menjadi beberapa tipe utama:

  1. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Menyebabkan diare wisatawan. Bakteri ini memproduksi enterotoksin yang merangsang sekresi cairan di usus kecil.

  1. Enteropathogenic E. coli (EPEC)

Menyebabkan diare pada anak-anak, terutama di negara berkembang. EPEC menempel pada dinding usus dan merusak vili usus.

  1. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

Strain ini, seperti E. coli O157:H7, menghasilkan toksin Shiga yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan sindrom uremik hemolitik (HUS), kondisi yang berpotensi fatal.

  1. Enteroinvasive E. coli (EIEC)

Menyerupai Shigella, EIEC menembus sel epitel usus dan menyebabkan diare berdarah.

  1. Enteroaggregative E. coli (EAEC)

Menyebabkan diare persisten, terutama pada anak-anak dan individu dengan sistem imun lemah.

  1. Diffusely Adherent E. coli (DAEC)

Terlibat dalam infeksi saluran kemih dan diare kronis.

Sumber Penularan dan Risiko Infeksi

E. coli patogen umumnya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi, kontak dengan hewan, atau antar manusia. Makanan mentah atau kurang matang, terutama daging sapi, sayuran segar yang terkontaminasi, serta produk susu yang tidak dipasteurisasi, merupakan media umum penyebaran.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) , “Sekitar 600 juta orang di seluruh dunia jatuh sakit setiap tahun akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi, dan E. coli O157:H7 merupakan salah satu patogen utama.” (WHO, 2022)

Gejala Infeksi E. coli

Gejala infeksi tergantung pada jenis strain dan kondisi imun pasien. Gejala umum meliputi:

  • Diare, dapat disertai darah
  • Nyeri perut
  • Mual dan muntah
  • Demam ringan
  • Dalam kasus parah, gagal ginjal (pada HUS)

Infeksi biasanya berlangsung 5–10 hari, tetapi komplikasi serius dapat terjadi pada anak kecil, lansia, dan individu dengan sistem imun lemah.

Diagnosis dan Pengobatan

Diagnosis infeksi E. coli dilakukan melalui kultur tinja dan identifikasi toksin atau gen virulensi. Teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction) sering digunakan untuk deteksi cepat.

Sebagian besar infeksi ringan sembuh sendiri tanpa pengobatan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik pada strain EHEC tidak disarankan karena dapat meningkatkan pelepasan toksin Shiga. Dalam kasus dehidrasi berat, pemberian cairan dan elektrolit sangat penting.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) , “Pendekatan utama dalam penanganan infeksi E. coli adalah terapi suportif, karena sebagian besar pasien dapat pulih tanpa antibiotik.” (CDC, 2023)

Pencegahan Infeksi E. coli

Pencegahan infeksi E. coli melibatkan penerapan prinsip keamanan pangan dan kebersihan:

  • Memasak daging hingga matang sempurna
  • Mencuci tangan setelah kontak dengan hewan atau sebelum makan
  • Menghindari konsumsi susu mentah dan air yang tidak diolah
  • Menjaga kebersihan dapur dan peralatan masak

Selain itu, edukasi masyarakat sangat penting dalam mencegah penyebaran infeksi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.

Perkembangan Penelitian dan Vaksin

Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin terhadap strain E. coli yang paling berbahaya, seperti EHEC. Meski hingga kini belum tersedia vaksin yang efektif secara luas untuk manusia, beberapa kandidat vaksin telah menunjukkan hasil menjanjikan pada uji klinis tahap awal.

Penelitian juga difokuskan pada penggunaan probiotik dan terapi berbasis fag (bakteriofag) sebagai alternatif antibiotik. Pendekatan ini menjanjikan karena mengurangi risiko resistensi antibiotik.

Kesimpulan

Escherichia coli merupakan bakteri dengan dua wajah: sebagai komensal yang bermanfaat dan sebagai patogen yang mematikan. Pengetahuan mendalam tentang karakteristiknya, cara penyebaran, dan upaya pencegahan sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat. Peran serta masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah dalam edukasi dan penanganan infeksi sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini.

Dengan pemahaman yang tepat, E. coli dapat dikelola dengan baik sebagai bagian dari kehidupan mikrobiologis manusia dan bukan sebagai ancaman yang menakutkan.

Share Artikel