Krisis Gelombang Kedua Burnout 2025: Kenapa Belum Usai?

Tahun 2025 membawa tantangan baru di dunia kerja: gelombang kedua burnout. Di saat banyak yang mengira pandemi COVID-19 telah usai dan keseimbangan hidup kerja membaik, justru data menunjukkan peningkatan kasus kelelahan mental, stres kronis, hingga depresi. Mengapa krisis ini terjadi? Apa penyebab utamanya? Dan bagaimana dunia bisa bergerak mengatasinya?
Dalam artikel ini, kita akan membahas:
- Apa itu burnout?
- Apa yang memicu gelombang kedua burnout 2025?
- Data dan jurnal terbaru tentang burnout
- Solusi nyata menghadapi burnout
Apa Itu Burnout?
Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah sindrom akibat stres kerja kronis yang tidak berhasil dikelola. Tiga dimensi utama burnout meliputi:
- Kelelahan Emosional
- Sikap Sinis terhadap Pekerjaan
- Penurunan Prestasi Profesional
WHO bahkan telah mengklasifikasikan burnout sebagai fenomena pekerjaan, bukan kondisi medis murni, dalam International Classification of Diseases (ICD-11) (WHO, 2019).
Bagaimana Burnout Muncul?
Burnout berkembang dari interaksi kompleks antara:
- Tekanan kerja berlebihan
- Kurangnya dukungan sosial
- Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
- Ekspektasi berlebih terhadap diri sendiri
Menurut studi American Psychological Association (APA), orang yang mengalami burnout memiliki risiko lebih tinggi terhadap:
- Depresi
- Gangguan tidur
- Penyakit jantung
- Gangguan imun tubuh
Gelombang Kedua Burnout: Apa yang Berubah di 2025?
Setelah pandemi COVID-19, banyak perusahaan menerapkan sistem kerja hybrid atau remote. Awalnya, model ini dianggap solusi stres, namun nyatanya memunculkan masalah baru:
- Batasan waktu kerja menjadi kabur.
- Beban kerja bertambah tanpa pengawasan.
- Keterasingan sosial memperparah tekanan emosional.
Menurut laporan Gallup Workplace 2025, sebanyak 44% pekerja global mengaku “sering merasa burnout” — angka ini naik dari 36% pada 2022.
Faktor Pemicu Tambahan di 2025:
- Ekonomi global tidak stabil: PHK massal dan ketidakpastian memperburuk kecemasan.
- Tekanan produktivitas digital: Target terus meningkat, tapi sumber daya tetap.
- Krisis iklim emosional: Berita buruk terus-menerus memperburuk stres latar belakang.
Statistik dan Data Pendukung
Data WHO (2025):
- 1 dari 2 pekerja melaporkan gejala burnout ringan hingga berat.
- Burnout meningkatkan ketidakhadiran kerja hingga 45%.
- Karyawan dengan burnout membutuhkan 3x lebih banyak waktu pemulihan dibanding sakit fisik.
Survei LinkedIn Workplace:
- 67% responden menyatakan bahwa keseimbangan kerja-hidup mereka memburuk dibandingkan 2023.
- Hanya 29% pekerja merasa perusahaan mereka benar-benar peduli terhadap kesehatan mental.
Kutipan:
“Pekerjaan harus menjadi sumber kesejahteraan, bukan penyakit. Namun di banyak tempat kerja saat ini, justru sebaliknya.” (Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO)
📚 Baca Juga
- Cara Minum SOP Subarashi: Panduan Lengkap untuk Mendapatkan Manfaat Optimal
- Obat Diabetes Paling Ampuh: Pilihan Terbaik untuk Mengendalikan Gula Darah
- Teknik yang Bisa Digunakan untuk Membantu Penderita Diabetes Melitus
- Cara Mengatasi Asma Kambuh Tanpa Obat
- Jenis Pengobatan Gangguan Jiwa yang Perlu Diketahui
Tanda-Tanda Burnout yang Muncul di 2025
Beberapa tanda khas burnout gelombang kedua, antara lain:
- Kehilangan Motivasi: Bekerja terasa seperti beban berat tanpa tujuan.
- Kelelahan Fisik Berkepanjangan: Lelah terus-menerus meskipun sudah istirahat.
- Kesulitan Fokus: Mudah terdistraksi dan sulit menyelesaikan tugas.
- Perasaan Sinis atau Apatis: Tidak peduli lagi dengan hasil pekerjaan.
- Gangguan Kesehatan: Muncul gejala fisik seperti sakit kepala, mual, jantung berdebar.
Dampak Buruk Burnout untuk Dunia Kerja dan Ekonomi
Studi Harvard Business Review mengungkapkan, burnout menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $322 miliar per tahun di seluruh dunia akibat:
- Produktivitas menurun
- Absensi meningkat
- Turnover karyawan melonjak
Strategi Mengatasi Burnout
Berikut beberapa solusi berdasarkan riset jurnal kesehatan mental:
1. Menetapkan Batas Waktu Kerja
Waktu kerja yang tegas (misal, 09.00–17.00) membantu otak memisahkan “waktu kerja” dan “waktu pribadi.”
2. Fokus pada Self-Care
Melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan, seperti:
- Olahraga ringan (yoga, jogging)
- Meditasi atau mindfulness
- Mengembangkan hobi baru
3. Budaya Kerja yang Sehat
Perusahaan perlu:
- Membuat kebijakan mental health day
- Mengadakan sesi dukungan kesehatan mental
- Memberikan fleksibilitas kerja nyata
4. Konsultasi Profesional
Jangan ragu mencari bantuan psikolog atau psikiater jika gejala burnout sudah mengganggu keseharian.
Jurnal Pendukung
- World Health Organization. (2019). Burn-out an “occupational phenomenon”: International Classification of Diseases.
- Harvard Business Review. (2024). The True Cost of Burnout and What Leaders Can Do.
- Gallup Workplace Report (2025).
Kesimpulan
Burnout bukan sekadar masalah individu, melainkan krisis sistemik di dunia kerja.
Tanpa perubahan nyata — baik di tingkat individu maupun organisasi — gelombang burnout akan terus menghantui generasi pekerja masa depan.
2025 adalah tahun untuk tidak lagi mengabaikan kesehatan mental.
Video Youtube Pendukung
Berikut adalah beberapa video YouTube yang dapat memperkaya pemahaman Anda mengenai krisis burnout dan kesehatan mental di tahun 2025:
- MERDEKA BELAJAR eps 25: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan
Webinar ini membahas strategi pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan pendidikan, yang dapat berkontribusi pada kesehatan mental peserta didik dan tenaga pendidik. (YouTube)
- Seminar Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024
Seminar ini menyoroti pentingnya kesehatan jiwa di tempat kerja dan upaya kolektif dalam membentuk lingkungan kerja yang sehat secara mental. (YouTube)
- Webinar GSS “Ayo Pahami Sehat Mental dan Asesmen Kebugaran Peserta Didik”
Webinar ini merupakan bagian dari Gerakan Sekolah Sehat yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental dan kebugaran peserta didik. (YouTube)
- WEBINAR BURNOUT SYNDROME DAN TATALAKSANA MANAGEMENT STRESS DI TEMPAT KERJA
Webinar ini membahas sindrom burnout dan manajemen stres di tempat kerja, memberikan wawasan tentang cara mengatasi kelelahan kerja yang berkepanjangan. (YouTube)
- WEBINAR | ASN SEHAT BUGAR - Memahami dan Mencegah Burnout
Webinar ini ditujukan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam memahami dan mencegah burnout, serta menjaga kesehatan mental di lingkungan kerja. (YouTube)
Video-video ini dapat memberikan perspektif tambahan dan solusi praktis dalam menghadapi tantangan kesehatan mental dan burnout di tahun 2025.