Di Publikasikan: 03 Juli 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Anafilaksis: Reaksi Alergi Berat yang Mengancam Jiwa

Anafilaksis: Reaksi Alergi Berat yang Mengancam Jiwa

Anafilaksis adalah kondisi medis darurat yang terjadi akibat reaksi alergi berat terhadap zat tertentu. Reaksi ini dapat muncul secara tiba-tiba dan berkembang dengan sangat cepat, sehingga memerlukan penanganan medis segera. Jika tidak ditangani dengan tepat, anafilaksis bisa menyebabkan syok, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai anafilaksis, termasuk penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, serta langkah-langkah pencegahannya.

Pengertian Anafilaksis

Anafilaksis merupakan reaksi hipersensitivitas sistemik yang dimediasi oleh sistem imun, terutama oleh imunoglobulin E (IgE). Ketika seseorang yang memiliki alergi terhadap zat tertentu—seperti makanan, obat-obatan, atau sengatan serangga—terpapar kembali dengan alergen tersebut, sistem imun mereka bereaksi secara berlebihan, melepaskan zat kimia seperti histamin ke seluruh tubuh. Pelepasan ini menyebabkan pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun drastis, serta menyebabkan penyempitan saluran napas.

Menurut World Allergy Organization , anafilaksis digolongkan sebagai keadaan darurat medis yang memerlukan intervensi segera dengan injeksi epinefrin sebagai terapi pertama.

Penyebab Anafilaksis

Berbagai zat dapat memicu terjadinya anafilaksis, tergantung pada sensitivitas individu. Beberapa pemicu umum meliputi:

1. Makanan

  • Kacang tanah
  • Kerang
  • Susu sapi
  • Telur
  • Gandum
  • Kedelai

2. Obat-obatan

3. Sengatan Serangga

  • Lebah
  • Tawon
  • Semut api

4. Zat Lain

  • Lateks
  • Pewarna kontras untuk prosedur radiologi

Gejala Anafilaksis

Gejala anafilaksis dapat muncul dalam hitungan detik hingga beberapa menit setelah terpapar alergen. Gejala ini bisa melibatkan beberapa sistem organ:

Gejala Kulit:

  • Ruam gatal (urtikaria)
  • Kemerahan pada kulit
  • Pembengkakan, terutama di wajah, bibir, dan kelopak mata

Gejala Pernapasan:

  • Sesak napas
  • Suara mengi
  • Rasa tercekik

Gejala Sistem Kardiovaskular:

Gejala Gastrointestinal:

Jika tidak segera diatasi, gejala dapat berkembang menjadi syok anafilaktik, yaitu kondisi di mana sirkulasi darah terganggu dan organ vital mulai gagal berfungsi.

Diagnosis Anafilaksis

Diagnosis anafilaksis umumnya dilakukan secara klinis berdasarkan gejala dan riwayat paparan alergen. Dokter akan mengamati tanda-tanda khas seperti:

  • Onset cepat gejala setelah paparan alergen
  • Keterlibatan dua atau lebih sistem tubuh (misalnya kulit dan pernapasan)
  • Tekanan darah rendah setelah paparan alergen

Untuk memastikan jenis alergen pemicu, tes alergi seperti tes tusuk kulit atau pengukuran kadar IgE spesifik dalam darah dapat dilakukan. Namun, tes ini biasanya dilakukan setelah pasien stabil dari reaksi akut.

Penanganan Anafilaksis

Epinefrin: Terapi Utama

Epinefrin (adrenalin) adalah obat pilihan pertama dalam penanganan anafilaksis. Obat ini bekerja dengan cepat untuk menyempitkan pembuluh darah, melemaskan otot saluran napas, dan menstabilkan tekanan darah.

Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI) , epinefrin sebaiknya diberikan segera setelah gejala anafilaksis muncul. Penundaan pemberian epinefrin dapat meningkatkan risiko kematian.

Langkah Penanganan Darurat:

  1. Segera berikan suntikan epinefrin intramuskular.
  2. Panggil bantuan medis darurat.
  3. Posisikan pasien berbaring dengan kaki ditinggikan, kecuali jika mengalami kesulitan bernapas.
  4. Jika pasien tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan CPR.
  5. Berikan antihistamin dan kortikosteroid sebagai terapi tambahan (bukan pengganti epinefrin).

Pemantauan di Rumah Sakit

Pasien yang mengalami anafilaksis harus dirawat dan dipantau di rumah sakit selama minimal 4–6 jam, atau lebih lama jika gejala berlanjut atau terjadi reaksi bifasik (reaksi lanjutan yang muncul beberapa jam setelah gejala pertama hilang).

Pencegahan Anafilaksis

Identifikasi dan Hindari Alergen

Langkah pertama dalam pencegahan adalah mengenali alergen yang dapat memicu reaksi. Ini bisa dilakukan melalui tes alergi yang valid.

Gunakan Gelang Medis

Pasien yang memiliki riwayat anafilaksis sebaiknya mengenakan gelang medis yang mencantumkan jenis alergi mereka.

Bawa Epinefrin Otomatis (Auto-Injector)

Pasien harus selalu membawa auto-injector epinefrin (seperti EpiPen) dan tahu cara menggunakannya.

Edukasi Keluarga dan Lingkungan

Pendidikan mengenai anafilaksis penting untuk diberikan kepada keluarga, teman, guru, dan rekan kerja agar mereka tahu tindakan yang harus dilakukan saat terjadi serangan.

Imunoterapi Alergen

Untuk beberapa jenis alergi seperti sengatan serangga, imunoterapi dapat membantu menurunkan sensitivitas tubuh terhadap alergen.

Komplikasi Anafilaksis

Jika tidak ditangani dengan benar, anafilaksis dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain:

  • Syok anafilaktik
  • Kerusakan organ permanen akibat kurangnya oksigen
  • Kematian

Prognosis Pasien

Dengan penanganan cepat dan tepat, sebagian besar pasien anafilaksis dapat pulih sepenuhnya. Namun, mereka tetap harus mewaspadai risiko serangan berulang dan rutin berkonsultasi dengan ahli alergi.

Kesimpulan

Anafilaksis adalah kondisi serius yang tidak boleh dianggap enteng. Dengan memahami penyebab, gejala, dan cara penanganannya, masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan dan meminimalkan risiko fatal. Penggunaan epinefrin secara cepat dan tepat menjadi kunci utama dalam menyelamatkan nyawa. Edukasi serta kesiapsiagaan individu dan lingkungan sekitar sangat penting dalam menghadapi kondisi ini.

“Anafilaksis adalah salah satu kondisi darurat medis paling penting yang kami hadapi di bidang alergi dan imunologi. Tindakan cepat bisa menyelamatkan nyawa.” — Dr. Anne Maitland, anggota AAAAI.

Share Artikel