Di Publikasikan: 10 Juli 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Talasemia: Mengenal Kelainan Darah Genetik Secara Menyeluruh

Talasemia: Mengenal Kelainan Darah Genetik Secara Menyeluruh

Talasemia merupakan salah satu jenis kelainan darah genetik yang berdampak pada produksi hemoglobin dalam tubuh manusia. Hemoglobin adalah protein penting dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Pada penderita talasemia, produksi hemoglobin terganggu sehingga menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, mulai dari anemia ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa.

Jenis-Jenis Talasemia

Secara umum, talasemia dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

1. Talasemia Alfa

Jenis ini terjadi ketika satu atau lebih gen yang terkait dengan rantai alfa globin mengalami mutasi atau hilang. Tergantung pada jumlah gen yang terdampak, talasemia alfa bisa ringan hingga berat:

  • Silent Carrier: Satu gen mengalami mutasi, tanpa gejala signifikan.
  • Alpha Thalassemia Trait: Dua gen terdampak, gejala ringan seperti anemia ringan.
  • Hemoglobin H Disease: Tiga gen rusak, menyebabkan anemia sedang hingga berat.
  • Hydrops Fetalis: Empat gen rusak, biasanya menyebabkan kematian janin sebelum atau segera setelah lahir.

2. Talasemia Beta

Jenis ini lebih umum dan terjadi karena mutasi pada gen beta globin:

  • Beta Thalassemia Minor: Satu gen bermutasi, gejala ringan atau tanpa gejala.
  • Beta Thalassemia Intermedia: Dua gen rusak dengan gejala sedang.
  • Beta Thalassemia Mayor (Anemia Cooley): Dua gen rusak berat, gejala sangat parah dan membutuhkan transfusi darah seumur hidup.

Penyebab Talasemia

Talasemia adalah penyakit yang diturunkan secara genetik. Seorang anak berisiko mengidap talasemia jika salah satu atau kedua orang tuanya membawa gen penyebab penyakit ini. Jika kedua orang tua merupakan carrier, maka kemungkinan anak lahir dengan talasemia mayor adalah 25%.

Menurut World Health Organization (WHO) , “Talasemia termasuk dalam kelompok kelainan darah yang paling umum di dunia, terutama di wilayah Mediterania, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.”

Gejala Talasemia

Gejala talasemia sangat bervariasi tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Kelelahan dan lemas
  • Kulit pucat atau kekuningan
  • Pertumbuhan yang terhambat
  • Perut buncit akibat pembesaran limpa atau hati
  • Deformitas tulang wajah
  • Urin berwarna gelap

Pada kasus talasemia mayor, gejala bisa mulai tampak pada usia 6 bulan dan berkembang seiring waktu.

Diagnosis Talasemia

Proses diagnosis talasemia melibatkan beberapa langkah, antara lain:

  1. Riwayat Keluarga dan Pemeriksaan Fisik
  2. Tes Darah Lengkap: Untuk mengukur kadar hemoglobin dan bentuk sel darah merah.
  3. Tes Hemoglobin Elektroforesis: Menentukan jenis hemoglobin abnormal.
  4. Tes DNA: Untuk mendeteksi mutasi genetik yang menyebabkan talasemia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa “Pemeriksaan genetik pranikah sangat dianjurkan di daerah dengan prevalensi tinggi talasemia untuk mencegah kelahiran anak dengan bentuk berat penyakit ini.”

Penanganan dan Pengobatan Talasemia

Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan talasemia, namun beberapa metode pengelolaan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita:

1. Transfusi Darah

Merupakan pengobatan utama untuk talasemia mayor. Transfusi rutin membantu mempertahankan kadar hemoglobin yang cukup. Namun, transfusi jangka panjang dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh.

2. Terapi Kelasi Besi

Dilakukan untuk mengeluarkan kelebihan zat besi dari tubuh akibat transfusi darah berkepanjangan. Obat seperti deferoksamin dan deferasiroks digunakan untuk tujuan ini.

3. Suplementasi dan Diet

Penderita talasemia biasanya dianjurkan menghindari makanan tinggi zat besi dan mengonsumsi suplemen asam folat. Asupan kalsium dan vitamin D juga penting untuk mencegah kerapuhan tulang.

4. Transplantasi Sumsum Tulang

Satu-satunya pengobatan yang berpotensi menyembuhkan talasemia, namun prosedur ini mahal, kompleks, dan hanya cocok jika terdapat donor yang cocok secara genetik.

5. Terapi Genetik

Merupakan pendekatan baru yang sedang dikembangkan. Beberapa studi awal menunjukkan hasil positif dengan memperbaiki atau mengganti gen yang rusak.

Pencegahan Talasemia

Karena talasemia merupakan penyakit genetik, maka pencegahan lebih efektif dilakukan melalui skrining dan edukasi:

  • Skrining Pranikah: Untuk mendeteksi pembawa sifat talasemia.
  • Konseling Genetik: Membantu pasangan memahami risiko dan pilihan reproduksi.
  • Diagnosis Prenatal: Melalui amniosentesis atau chorionic villus sampling (CVS).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, “Program skrining talasemia menjadi salah satu strategi nasional dalam menekan angka kelahiran anak dengan talasemia mayor di Indonesia.”

Dampak Sosial dan Psikologis

Penderita talasemia, terutama anak-anak, sering menghadapi tantangan emosional dan sosial akibat keterbatasan fisik dan kebutuhan medis jangka panjang. Dukungan keluarga, lingkungan sekolah, serta komunitas sangat penting untuk membantu mereka tetap bersemangat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa “penyakit kronis seperti talasemia membutuhkan pendekatan holistik, tidak hanya aspek medis, tetapi juga dukungan sosial dan psikologis.”

Kesimpulan

Talasemia adalah penyakit genetik serius yang berdampak luas terhadap kualitas hidup penderitanya. Dengan penanganan medis yang tepat, gaya hidup yang mendukung, serta dukungan sosial yang memadai, penderita talasemia dapat menjalani hidup yang lebih baik. Pencegahan melalui skrining dan edukasi menjadi kunci utama dalam menekan penyebaran penyakit ini.

Sebagai masyarakat, kita perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan peran keluarga dalam mendukung anak atau anggota keluarga yang mengidap talasemia. Dengan begitu, kita dapat berkontribusi dalam membangun generasi yang lebih sehat dan bebas dari beban talasemia.

Share Artikel