Mengenal Lebih Dekat Bakteri Faecalibacterium dan Coprococcus: Pilar Kesehatan Usus Manusia

Kesehatan usus telah menjadi sorotan dalam dunia medis dan nutrisi karena peran sentralnya dalam keseimbangan sistem tubuh. Mikrobiota usus, yang terdiri dari triliunan mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, memainkan peranan penting dalam metabolisme, kekebalan tubuh, serta kesehatan mental. Di antara berbagai jenis bakteri yang menghuni saluran pencernaan, Faecalibacterium dan Coprococcus menonjol sebagai dua genus utama yang berkontribusi terhadap kesehatan usus dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Apa Itu Faecalibacterium?
Karakteristik dan Peran
Faecalibacterium prausnitzii merupakan spesies utama dari genus Faecalibacterium. Bakteri ini tergolong dalam kelompok Firmicutes dan merupakan salah satu bakteri yang paling melimpah dalam usus besar manusia. Keberadaannya dianggap sebagai indikator kesehatan usus yang baik karena kemampuannya memproduksi asam lemak rantai pendek (SCFA), terutama butirat.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Reviews Gastroenterology & Hepatology, F. prausnitzii diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan mampu mengurangi produksi sitokin proinflamasi, seperti TNF-α dan IL-6. Hal ini sangat penting dalam pengelolaan penyakit inflamasi usus seperti Crohn’s disease dan kolitis ulseratif.
Mekanisme Kerja
Butirat yang diproduksi oleh F. prausnitzii berfungsi sebagai sumber energi utama untuk sel-sel epitel usus dan membantu memperkuat penghalang mukosa usus. Selain itu, butirat juga meningkatkan ekspresi gen anti-inflamasi dan mendorong apoptosis sel-sel abnormal, sehingga mengurangi risiko kanker kolorektal.
Faktor yang Mempengaruhi Populasi Faecalibacterium
Beberapa faktor yang dapat menurunkan jumlah F. prausnitzii dalam usus antara lain konsumsi antibiotik, diet rendah serat, stres kronis, dan penyakit kronis. Sebaliknya, diet tinggi serat dari buah, sayur, dan prebiotik terbukti dapat meningkatkan jumlah bakteri ini.
Mengenal Genus Coprococcus
Karakteristik Umum
Coprococcus adalah genus bakteri anaerobik yang juga termasuk dalam filum Firmicutes. Genus ini kurang dikenal dibanding Faecalibacterium, namun studi terbaru menunjukkan peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan mikrobiota usus dan mendukung fungsi neurologis.
Menurut artikel ilmiah dalam jurnal Cell, beberapa spesies Coprococcus, seperti Coprococcus comes, terlibat dalam produksi SCFA dan metabolit neuroaktif seperti dopamin dan butirat, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan kognisi.
Kaitan dengan Kesehatan Mental
Penelitian yang dipublikasikan oleh Nature Microbiology menunjukkan adanya korelasi positif antara keberadaan Coprococcus dan kesehatan mental yang baik. Bakteri ini diketahui mendukung biosintesis neurotransmiter dan modulasi sistem saraf pusat melalui sumbu usus-otak (gut-brain axis).
Peran Imunologis dan Anti-inflamasi
Sama seperti F. prausnitzii, Coprococcus juga memiliki efek anti-inflamasi. Ia berkontribusi dalam pemeliharaan sistem kekebalan dengan memodulasi respons imun mukosa dan menurunkan potensi inflamasi sistemik.
Sinergi Antara Faecalibacterium dan Coprococcus
Kedua bakteri ini memiliki hubungan simbiotik dalam menjaga ekosistem mikrobiota usus. Mereka bekerja bersama dalam memfermentasi serat makanan menjadi SCFA yang berguna bagi tubuh. Kehadiran mereka yang seimbang menunjukkan kondisi mikrobiota usus yang sehat dan beragam, yang merupakan indikator penting dalam mencegah penyakit kronis seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan neurodegeneratif.
📚 Baca Juga
- Algoritma Grover dalam Dunia Kesehatan: Inovasi Pencarian Kuantum untuk Diagnosis Lebih Cepat
- Trakea: Fungsi, Struktur, dan Gangguan yang Perlu Diketahui
- Bioelectrical Impedance Analysis (BIA): Analisis Komposisi Tubuh untuk Menunjang Kesehatan
- Bagaimana Hikari AFC Life Science Mengatasi Masalah Pendengaran?
- Ipratropium Bromida: Obat Bronkodilator untuk Gangguan Pernapasan
Peran dalam Terapi dan Pencegahan Penyakit
Penyakit Inflamasi Usus
Dalam kasus penyakit inflamasi usus (IBD), pasien sering menunjukkan penurunan signifikan jumlah F. prausnitzii dan Coprococcus. Suplementasi prebiotik atau terapi transplantasi mikrobiota feses (FMT) telah diuji untuk mengembalikan keberadaan bakteri ini di dalam saluran pencernaan.
Kesehatan Mental dan Neurologis
Ketidakseimbangan mikrobiota usus, termasuk penurunan populasi Coprococcus, dikaitkan dengan gangguan depresi dan ansietas. Upaya terapi probiotik dan diet berbasis serat dapat membantu mengatasi kondisi ini.
Kanker Kolorektal
SCFA yang dihasilkan oleh kedua bakteri ini terbukti memiliki efek protektif terhadap pertumbuhan sel kanker di kolon, dengan meningkatkan apoptosis dan mengurangi peradangan lokal.
Meningkatkan Populasi Faecalibacterium dan Coprococcus Secara Alami
- Konsumsi Serat Tinggi: Sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh.
- Asupan Prebiotik: Seperti inulin, FOS, dan GOS.
- Hindari Antibiotik yang Tidak Perlu: Antibiotik dapat membunuh bakteri baik secara tidak selektif.
- Kelola Stres: Stres kronis berdampak negatif pada komposisi mikrobiota usus.
- Konsumsi Probiotik: Walau tidak mengandung F. prausnitzii atau Coprococcus langsung, beberapa probiotik dapat mendukung pertumbuhannya secara tidak langsung.
Tantangan dalam Pengembangan Suplemen
Salah satu tantangan dalam pengembangan suplemen berbasis Faecalibacterium dan Coprococcus adalah sifat anaerobik ketat keduanya. Artinya, mereka tidak tahan terhadap oksigen, sehingga sulit untuk dijadikan probiotik konvensional. Inovasi dalam teknologi enkapsulasi dan fermentasi sedang dikembangkan untuk mengatasi kendala ini.
Kesimpulan
Faecalibacterium dan Coprococcus adalah dua bakteri kunci dalam menjaga kesehatan usus, mengurangi inflamasi, dan bahkan mendukung kesehatan mental. Meskipun masih banyak yang harus diteliti, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa memperhatikan kesehatan mikrobiota usus melalui pola makan sehat dan gaya hidup seimbang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
“Keseimbangan mikrobiota usus, termasuk kehadiran Faecalibacterium dan Coprococcus, merupakan refleksi dari pola hidup yang sehat dan teratur.” – Dr. Elisabeth Bik, mikrobiolog molekuler dan peneliti mikrobioma
Dengan semakin berkembangnya ilmu mikrobioma, pemahaman tentang dua bakteri ini membuka peluang besar dalam bidang nutrisi, pengobatan personal, dan terapi penyakit kronis berbasis mikrobiota.