Bakteri Shigella: Penyebab Infeksi Usus yang Berbahaya

Bakteri Shigella merupakan salah satu agen penyebab penyakit infeksi saluran pencernaan yang sangat menular. Bakteri ini menjadi penyebab utama dari penyakit disentri basiler, yang ditandai dengan diare berdarah, demam, dan kram perut. Menurut data dari World Health Organization (WHO) , Shigella menyebabkan sekitar 165 juta kasus infeksi setiap tahun di seluruh dunia, dengan lebih dari satu juta kematian, terutama di negara berkembang.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai bakteri Shigella, mulai dari karakteristik biologis, cara penularan, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga langkah-langkah pencegahannya.
Karakteristik Bakteri Shigella
Shigella adalah genus dari bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan terdiri atas empat spesies utama:
- Shigella dysenteriae
- Shigella flexneri
- Shigella boydii
- Shigella sonnei
Shigella memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di lingkungan asam lambung, sehingga dapat langsung menyerang usus besar setelah tertelan. Bakteri ini menginfeksi sel epitel usus dan menyebabkan peradangan hebat serta kerusakan jaringan, yang memicu diare berdarah.
Cara Penularan
Penularan Shigella terjadi terutama melalui jalur fekal-oral. Kontaminasi dapat terjadi melalui:
- Konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi
- Kontak langsung dengan penderita melalui tangan yang terkontaminasi
- Sanitasi dan kebersihan yang buruk
Jumlah bakteri yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi sangat rendah, hanya sekitar 10-100 unit bakteri. Hal ini membuat Shigella sangat mudah menular, terutama di lingkungan padat penduduk dan tempat dengan sanitasi buruk.
Gejala Infeksi Shigella
Gejala infeksi Shigella muncul dalam 1-3 hari setelah paparan dan dapat berlangsung selama 5-7 hari. Gejala umum meliputi:
- Diare, sering kali bercampur darah dan lendir
- Nyeri dan kram perut
- Demam tinggi
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menurun
- Dehidrasi, terutama pada anak-anak dan lansia
Infeksi berat dapat menyebabkan komplikasi seperti kejang demam, sindrom uremik hemolitik (HUS), dan radang sendi reaktif.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) , infeksi Shigella dapat bersifat ringan dan sembuh sendiri, namun pada kasus tertentu memerlukan pengobatan antibiotik.
Diagnosis Infeksi Shigella
Diagnosa dilakukan melalui analisis sampel feses. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Shigella secara spesifik. Metode yang umum digunakan antara lain:
- Kultur feses
- Tes sensitivitas antibiotik
- Polymerase Chain Reaction (PCR)
Diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan pengobatan yang efektif serta mencegah penyebaran lebih lanjut.
📚 Baca Juga
- Algoritma Grover dalam Dunia Kesehatan: Inovasi Pencarian Kuantum untuk Diagnosis Lebih Cepat
- Mengapa Edukasi Kesehatan Penting untuk Masyarakat?
- Kekakuan pada Rahang (Lockjaw): Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi
- Teknik yang Bisa Digunakan untuk Membantu Penderita Diabetes Melitus
- Berapa Harga Utsukushhii? Panduan Lengkap untuk Anda yang Tertarik Memiliki Produk Ini
Pengobatan
Penanganan utama infeksi Shigella adalah menjaga hidrasi tubuh. Pengobatan medis biasanya melibatkan:
- Rehidrasi oral atau intravena
Untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare.
- Pemberian antibiotik
Digunakan untuk kasus sedang hingga berat atau bila ada risiko komplikasi. Beberapa antibiotik yang umum digunakan meliputi ciprofloxacin, azithromycin, dan ceftriaxone. Namun, resistensi antibiotik pada Shigella semakin meningkat.
- Obat simtomatik
Seperti antipiretik untuk menurunkan demam dan obat antiemetik untuk mual.
World Health Organization (WHO) menekankan pentingnya pemantauan resistensi antibiotik dalam pengobatan infeksi Shigella karena kasus resistensi yang terus meningkat secara global.
Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk mengendalikan penyebaran bakteri ini. Beberapa tindakan yang direkomendasikan meliputi:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, terutama setelah buang air dan sebelum makan
- Mengonsumsi air minum yang telah dimasak atau disterilkan
- Menjaga kebersihan makanan dan peralatan dapur
- Menghindari konsumsi makanan dari pedagang kaki lima di tempat dengan sanitasi buruk
- Edukasi kesehatan masyarakat mengenai kebersihan pribadi dan lingkungan
Vaksinasi
Hingga saat ini, belum tersedia vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi Shigella secara luas. Namun, beberapa kandidat vaksin sedang dalam tahap uji klinis. Para peneliti berharap vaksin dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi beban penyakit ini.
Shigella dan Resistensi Antibiotik
Shigella merupakan salah satu bakteri dengan tingkat resistensi antibiotik yang mengkhawatirkan. Menurut laporan dari WHO tahun 2023, lebih dari 50% isolat Shigella di beberapa wilayah telah menunjukkan resistensi terhadap antibiotik lini pertama.
Resistensi ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik dalam pengobatan manusia maupun peternakan. Karena itu, pendekatan One Health sangat penting dalam pengendalian resistensi antimikroba.
Risiko Infeksi pada Kelompok Rentan
Beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi Shigella, seperti:
- Anak-anak di bawah usia lima tahun
- Lansia
- Orang dengan sistem imun lemah (misalnya penderita HIV/AIDS)
- Orang yang tinggal di fasilitas tertutup seperti penjara atau panti jompo
Studi Kasus dan Statistik
Sebuah studi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa insiden disentri akibat Shigella meningkat sebesar 15% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk dan tingkat kepadatan penduduk tinggi.
Di Indonesia, Shigella flexneri merupakan spesies yang paling umum ditemukan, diikuti oleh Shigella sonnei. Distribusi ini berbeda dengan negara maju, di mana Shigella sonnei lebih dominan.
Kesimpulan
Bakteri Shigella merupakan patogen yang sangat menular dan dapat menyebabkan penyakit serius terutama pada kelompok rentan. Pencegahan melalui sanitasi yang baik, edukasi, dan pemantauan resistensi antibiotik sangat penting dalam pengendalian penyakit ini. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dukungan dari sektor kesehatan, beban penyakit akibat infeksi Shigella dapat ditekan secara signifikan.
“Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar dapat menurunkan kejadian infeksi Shigella secara signifikan.” – World Health Organization, 2023