Di Publikasikan: 01 Agustus 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Mengenal Leptospirosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

Mengenal Leptospirosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus Leptospira. Penyakit ini dikategorikan sebagai zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Leptospirosis menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat, terutama di daerah tropis dan subtropis yang memiliki curah hujan tinggi dan sanitasi yang kurang memadai. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai apa itu leptospirosis, penyebab utamanya, bagaimana penularannya terjadi, serta langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

Apa Itu Leptospirosis?

Leptospirosis adalah infeksi bakteri akut yang dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri spiral (spirochete) dari genus Leptospira. Menurut World Health Organization (WHO), leptospirosis merupakan penyakit yang tersebar secara global, terutama di lingkungan dengan kelembapan tinggi dan kondisi sanitasi yang buruk.

Infeksi leptospirosis pada manusia bisa berlangsung ringan hingga berat. Pada kasus berat, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal, meningitis, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.

Penyebab Leptospirosis

Penyebab utama leptospirosis adalah bakteri Leptospira interrogans, yang biasanya terdapat dalam urin hewan yang terinfeksi. Hewan yang paling sering menjadi reservoir adalah tikus, meskipun anjing, babi, sapi, dan hewan liar lainnya juga bisa menjadi sumber infeksi.

Bakteri Leptospira dapat bertahan hidup di lingkungan yang lembab atau berair selama berminggu-minggu. Ketika manusia bersentuhan langsung dengan air, tanah, atau lumpur yang telah terkontaminasi urin hewan, maka risiko tertular leptospirosis sangat tinggi. Jalur masuk bakteri ke tubuh manusia bisa melalui kulit yang terluka, selaput lendir mata, mulut, atau hidung.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), “Manusia biasanya terinfeksi leptospirosis saat mereka melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi.”

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terinfeksi leptospirosis antara lain:

  • Tinggal di wilayah yang rawan banjir
  • Bekerja di lingkungan pertanian atau peternakan
  • Bekerja sebagai petugas kebersihan atau penanganan limbah
  • Melakukan aktivitas rekreasi di perairan seperti berenang, berkemah, atau memancing
  • Memiliki sistem imun yang lemah

Gejala Leptospirosis

Gejala leptospirosis bisa muncul dalam 2 hingga 30 hari setelah terpapar bakteri, rata-rata sekitar 7 sampai 14 hari. Gejala awalnya sering menyerupai penyakit flu sehingga seringkali tidak terdiagnosis dengan tepat.

Gejala umum meliputi:

  • Demam tinggi mendadak
  • Sakit kepala hebat
  • Nyeri otot, terutama di betis dan punggung
  • Mual dan muntah
  • Mata merah (konjungtivitis)
  • Diare
  • Ruam kulit

Dalam kasus yang parah, leptospirosis dapat berkembang menjadi penyakit Weil, yang ditandai dengan:

  • Kuning pada kulit dan mata (ikterus)
  • Gagal ginjal
  • Pendarahan internal
  • Radang selaput otak (meningitis)
  • Sesak napas atau gangguan paru-paru

Menurut WHO, “Leptospirosis berat dapat menyebabkan kematian pada 5-15% kasus meskipun telah mendapatkan penanganan.”

Diagnosis

Diagnosis leptospirosis dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, yang meliputi:

  • Tes darah lengkap
  • Pemeriksaan serologi (ELISA, MAT)
  • Polymerase Chain Reaction (PCR)

Namun, karena gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah, malaria, atau tifus, diperlukan evaluasi klinis yang cermat oleh tenaga medis.

Pengobatan

Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik, terutama jika diberikan pada fase awal infeksi. Obat yang umum digunakan meliputi:

  • Doksisiklin
  • Penisilin
  • Amoksisilin

Untuk kasus yang berat, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi suportif, seperti cairan infus, dialisis ginjal, atau bantuan pernapasan.

Pencegahan Leptospirosis

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menghindari leptospirosis. Berikut beberapa tindakan pencegahan yang dianjurkan:

  1. Menjaga kebersihan lingkungan: Pastikan lingkungan tempat tinggal bebas dari genangan air dan tumpukan sampah yang dapat menarik tikus.
  2. Gunakan pelindung saat bekerja: Gunakan sepatu bot, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja di area yang berisiko.
  3. Hindari kontak langsung dengan air banjir: Bila terpaksa harus berkontak, gunakan alat pelindung atau segera mandi dan bersihkan tubuh setelahnya.
  4. Vaksinasi hewan peliharaan dan ternak: Vaksinasi dapat membantu mencegah penyebaran leptospira dari hewan ke manusia.
  5. Kampanye kesehatan masyarakat: Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya leptospirosis penting untuk meningkatkan kewaspadaan.
  6. Sanitasi air: Hindari konsumsi air yang tidak diketahui kebersihannya.

Kasus Leptospirosis di Indonesia

Indonesia sebagai negara tropis dengan banyak daerah rawan banjir memiliki tingkat kejadian leptospirosis yang cukup tinggi. Menurut Kementerian Kesehatan RI, kasus leptospirosis meningkat setiap musim hujan, terutama di wilayah dengan sanitasi buruk.

Dalam laporan resmi, “Pada tahun 2020, tercatat lebih dari 1.500 kasus leptospirosis di Indonesia, dengan tingkat kematian mencapai 7%.” Angka ini menunjukkan bahwa leptospirosis masih menjadi ancaman nyata di masyarakat.

Kesimpulan

Leptospirosis adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini menyebar melalui urin hewan, terutama tikus, dan menyerang manusia melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi. Pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan alat pelindung diri, serta edukasi masyarakat sangat penting dalam menekan penyebaran penyakit ini. Dengan penanganan yang tepat dan cepat, leptospirosis dapat disembuhkan dan komplikasi serius dapat dihindari.

Sebagaimana dinyatakan oleh WHO, “Kunci utama dalam pengendalian leptospirosis adalah deteksi dini, pengobatan cepat, serta intervensi lingkungan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.”

Dengan meningkatnya kesadaran dan tindakan preventif, masyarakat dapat lebih siap menghadapi ancaman leptospirosis, terutama saat musim hujan dan banjir melanda.

Share Artikel