29-05-2025 Admin

Mengenal Tuberkulosis: Penyakit Menular yang Masih Mengancam

Mengenal Tuberkulosis: Penyakit Menular yang Masih Mengancam

Tuberkulosis, atau yang sering disingkat TB, merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi tantangan besar bagi dunia kesehatan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Meskipun telah ditemukan pengobatannya sejak puluhan tahun lalu, TB tetap menjadi penyebab kematian signifikan setiap tahunnya.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) , pada tahun 2023 terdapat sekitar 10,6 juta kasus TB baru di seluruh dunia. Indonesia sendiri menempati urutan kedua setelah India dalam jumlah kasus TB terbanyak. Fakta ini menjadi alarm penting bahwa pemahaman tentang TB harus terus ditingkatkan.

Apa Itu Tuberkulosis?

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke organ tubuh lain seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. TB menyebar melalui udara, terutama ketika penderita TB aktif batuk, bersin, atau berbicara.

TB terbagi menjadi dua jenis utama:

  1. TB Laten: Bakteri berada dalam tubuh namun tidak aktif. Penderita tidak menunjukkan gejala dan tidak menularkan penyakit.
  2. TB Aktif: Bakteri berkembang biak dan menimbulkan gejala. TB aktif sangat menular dan memerlukan pengobatan segera.

Gejala Tuberkulosis

Gejala TB dapat bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi, namun pada TB paru, gejala umum yang muncul antara lain:

  • Batuk terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
  • Batuk berdarah
  • Nyeri dada
  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
  • Demam dan menggigil
  • Berkeringat di malam hari
  • Nafsu makan menurun
  • Kelelahan

Jika tidak segera ditangani, TB dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan paru-paru permanen hingga kematian.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab utama TB adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui udara ketika penderita TB aktif melepaskan partikel kecil yang mengandung kuman. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi TB antara lain:

  • Sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya penderita HIV/AIDS)
  • Malnutrisi
  • Kondisi lingkungan padat dan kurang ventilasi
  • Merokok
  • Konsumsi alkohol berlebihan
  • Tidak menyelesaikan pengobatan TB sebelumnya

Proses Penularan Tuberkulosis

Penularan TB terjadi melalui udara. Saat penderita TB aktif batuk atau bersin, bakteri dapat terhirup oleh orang di sekitarnya. Namun, tidak semua orang yang menghirup bakteri TB akan langsung jatuh sakit. Sistem kekebalan tubuh yang kuat bisa menahan bakteri agar tidak berkembang.

Perlu dicatat bahwa TB tidak menular melalui kontak fisik seperti berjabat tangan, berbagi makanan, atau penggunaan toilet bersama.

Diagnosis Tuberkulosis

Proses diagnosis TB dilakukan melalui beberapa metode, antara lain:

  • Tes Mantoux (uji tuberkulin): Injeksi kecil di kulit untuk melihat reaksi sistem kekebalan terhadap bakteri TB.
  • Tes darah: Untuk mendeteksi infeksi TB laten.
  • Foto rontgen dada: Untuk melihat kerusakan pada paru-paru.
  • Pemeriksaan dahak: Untuk menemukan bakteri TB langsung dari sampel dahak pasien.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , deteksi dini TB merupakan langkah krusial dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini. “Diagnosis tepat waktu sangat penting untuk mencegah penularan dan kematian akibat TB,” ujar dr. Maxi Rein Rondonuwu, Dirjen P2P Kemenkes RI.

Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB memerlukan waktu yang cukup lama, biasanya antara 6 hingga 9 bulan, tergantung pada jenis TB dan tingkat keparahan. Obat yang digunakan meliputi:

  • Isoniazid
  • Rifampisin
  • Pyrazinamide
  • Ethambutol

Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan meskipun gejala sudah membaik. Penghentian pengobatan sebelum waktunya dapat menyebabkan resistensi obat atau TB resisten obat (MDR-TB), yang jauh lebih sulit diobati.

Kementerian Kesehatan Indonesia juga telah menyediakan layanan pengobatan TB gratis melalui program nasional P2TB (Program Penanggulangan Tuberkulosis).

Pencegahan Tuberkulosis

Beberapa cara untuk mencegah penyebaran TB antara lain:

  • Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) pada bayi
  • Menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi udara
  • Menghindari kontak dengan penderita TB aktif
  • Menggunakan masker jika berada di area berisiko tinggi
  • Menyelesaikan pengobatan TB hingga tuntas bagi penderita

Penting untuk menyadari bahwa TB bukan penyakit yang bisa disepelekan. Pencegahan lebih efektif jika dilakukan secara kolektif oleh masyarakat.

TB dan Kondisi Khusus

TB pada Anak

Anak-anak lebih rentan terhadap TB karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang sempurna. Gejalanya juga bisa berbeda dengan orang dewasa dan cenderung lebih sulit didiagnosis.

TB dan HIV/AIDS

Penderita HIV sangat rentan terhadap TB karena sistem imunnya yang lemah. WHO menyebutkan bahwa TB adalah penyebab kematian utama bagi penderita HIV di seluruh dunia.

TB Resisten Obat

TB jenis ini muncul ketika bakteri tidak lagi merespons obat standar. Pengobatan MDR-TB memerlukan waktu lebih lama, biaya lebih besar, dan memiliki efek samping lebih berat.

Peran Masyarakat dan Pemerintah

Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes terus menggalakkan program penanggulangan TB dengan target eliminasi TB pada tahun 2030. Salah satu program unggulannya adalah TOSS TB (Temukan Obati Sampai Sembuh).

Peran aktif masyarakat juga sangat diperlukan, baik dalam mendukung pengobatan pasien TB maupun dalam menyebarkan edukasi tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini.

Kesimpulan

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat. Dengan pemahaman yang tepat, pengobatan yang konsisten, serta dukungan dari masyarakat dan pemerintah, TB dapat dikendalikan dan bahkan dieliminasi.

Sebagaimana dikatakan oleh WHO, “Tuberkulosis dapat dicegah dan disembuhkan. Upaya global yang terpadu sangat penting untuk mencapai dunia bebas TB.”

Mari kita bersama-sama tingkatkan kesadaran dan kontribusi dalam melawan TB demi masa depan yang lebih sehat.

Disclaimer: Artikel ini ditulis untuk tujuan edukasi dan bukan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Untuk diagnosis dan pengobatan lebih lanjut, konsultasikan dengan tenaga medis terpercaya.

Share Artikel