Di Publikasikan: 02 Agustus 2025 Ditulis Oleh: Admin - Tim Edukasi Kesehatan AFC Life Science

Siapa Yang Terakhir Meninggal Karena Cacar?

Siapa Yang Terakhir Meninggal Karena Cacar

Cacar, atau lebih dikenal sebagai smallpox, merupakan salah satu penyakit paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Penyakit ini telah menewaskan ratusan juta orang selama berabad-abad, sebelum akhirnya berhasil diberantas melalui vaksinasi global. Namun, meskipun saat ini dunia telah dinyatakan bebas dari cacar, pertanyaan yang menarik untuk dijawab adalah: siapa yang terakhir meninggal karena cacar?

Pertanyaan ini membawa kita pada kisah tragis namun bersejarah dari seorang wanita asal Somalia, yang tercatat sebagai korban terakhir dari cacar alami. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif mengenai siapa dia, latar belakang cacar sebagai penyakit, usaha global pemberantasan, serta dampak historisnya terhadap kesehatan dunia.

Sejarah Singkat Cacar

Cacar merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Variola. Gejala awalnya meliputi demam tinggi, kelelahan, dan ruam yang kemudian berkembang menjadi lepuhan berisi nanah. Penyakit ini menyebar melalui udara dan kontak langsung, menjadikannya sangat menular di lingkungan padat penduduk.

Virus Variola telah ada selama ribuan tahun. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa mumi Mesir kuno, seperti Ramses V, menunjukkan tanda-tanda infeksi cacar. Penyakit ini telah menyebabkan kematian besar-besaran, termasuk di Eropa, Asia, dan Amerika setelah kedatangan penjajah Eropa.

Penemuan Vaksin dan Awal Pemberantasan

Penemuan vaksin pertama oleh Edward Jenner pada tahun 1796 menjadi titik balik dalam perlawanan terhadap cacar. Jenner menggunakan virus cacar sapi (cowpox) untuk mengembangkan kekebalan terhadap Variola, dan teknik ini menjadi fondasi vaksinasi modern.

Seiring waktu, negara-negara mulai mengadopsi program vaksinasi nasional. Namun, penyebaran global dan kekurangan sumber daya membuat pemberantasan cacar menjadi tantangan besar, hingga akhirnya WHO mengambil peran sentral dalam kampanye global.

Kampanye Eradikasi oleh WHO

Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan kampanye global untuk memberantas cacar. Program ini melibatkan strategi vaksinasi massal dan pendekatan “surveillance and containment” — yaitu mendeteksi kasus dan langsung melakukan vaksinasi lokal di sekitarnya.

Dr. Donald A. Henderson, direktur Smallpox Eradication Unit WHO, menyatakan: “Kami menghadapi tantangan logistik dan sosial yang sangat besar, namun dedikasi para petugas kesehatan di lapangan membuahkan hasil yang luar biasa.”

Kasus Terakhir Cacar Alami: Ali Maow Maalin

Sebelum membahas kematian terakhir, penting untuk mengetahui bahwa kasus terakhir cacar alami tercatat pada tahun 1977 di Somalia. Ali Maow Maalin, seorang petugas kesehatan muda, tertular virus Variola minor, bentuk ringan dari cacar.

Ali sembuh dan tidak meninggal dunia, namun kasusnya menjadi simbol akhir dari penyebaran cacar secara alami. WHO secara resmi menyatakan eradikasi cacar pada tahun 1980.

Kematian Terakhir Akibat Cacar: Janet Parker

Orang terakhir yang meninggal karena cacar adalah Janet Parker, seorang fotografer medis asal Birmingham, Inggris. Ia tertular pada tahun 1978 dari fasilitas penelitian virologi di University of Birmingham Medical School.

Janet bukan tertular secara alami, melainkan melalui kebocoran virus dari laboratorium yang masih menyimpan sampel Variola. Penyidikan kemudian menunjukkan bahwa sistem ventilasi kemungkinan besar menjadi jalur penyebaran virus tersebut.

Menurut laporan resmi pemerintah Inggris:

“Janet Parker adalah korban dari kecelakaan laboratorium yang sangat disayangkan. Peristiwa ini menandai pentingnya protokol keamanan biologis dalam penelitian virologi.”

Setelah dirawat intensif, Janet meninggal dunia pada 11 September 1978. Kejadian ini membuat otoritas internasional semakin memperketat pengawasan terhadap penyimpanan virus berbahaya.

Tindakan Setelah Kematian Janet Parker

Kematian Janet memicu peninjauan ulang terhadap kebijakan penyimpanan virus cacar. Saat ini, hanya ada dua laboratorium di dunia yang secara resmi diperbolehkan menyimpan virus Variola: satu di Rusia (Vector Institute) dan satu di Amerika Serikat (CDC).

WHO dan berbagai lembaga kesehatan global juga semakin menekankan pentingnya keamanan hayati (biosafety) dan keamanan biologis (biosecurity) dalam laboratorium.

Pelajaran dari Sejarah Cacar

Pemberantasan cacar merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah kesehatan masyarakat. Berikut beberapa pelajaran penting:

  1. Kerja sama global penting: Keberhasilan kampanye WHO menunjukkan bahwa kolaborasi internasional dapat mengalahkan penyakit mematikan.
  2. Vaksinasi menyelamatkan nyawa: Vaksin merupakan senjata utama dalam pemberantasan penyakit menular.
  3. Keamanan laboratorium harus dijaga: Tragedi Janet Parker menunjukkan betapa pentingnya protokol keselamatan dalam penelitian penyakit menular.

Apakah Cacar Bisa Kembali?

Karena virus cacar masih disimpan di dua laboratorium, ada kekhawatiran bahwa cacar bisa kembali akibat kecelakaan atau penyalahgunaan senjata biologis. Oleh karena itu, komunitas ilmiah dan pemerintah terus mengawasi dengan ketat.

Profesor David Heymann dari WHO menyatakan:

“Kami terus memantau semua laboratorium yang memiliki virus cacar dan memastikan standar keamanan diterapkan secara ketat.”

Namun hingga hari ini, tidak ada kasus cacar baru yang dilaporkan secara alami sejak 1977.

Kesimpulan

Orang terakhir yang meninggal karena cacar adalah Janet Parker pada tahun 1978. Meskipun bukan karena penularan alami, kematiannya menjadi penutup tragis dari sejarah panjang penyakit mematikan ini. Dengan pemberantasan global yang berhasil, cacar menjadi satu-satunya penyakit manusia yang telah sepenuhnya diberantas dari muka bumi.

Namun, warisan cacar tetap menjadi pengingat akan pentingnya vaksinasi, kerja sama internasional, dan keamanan dalam penelitian ilmiah. Dalam dunia yang masih menghadapi ancaman penyakit menular baru, pelajaran dari cacar tetap sangat relevan.

“Kita telah membuktikan bahwa melalui ilmu pengetahuan dan kerja sama, bahkan musuh tertua manusia pun bisa dikalahkan.” — Dr. Gro Harlem Brundtland, mantan Direktur Jenderal WHO

Share Artikel