Rotavirus: Infeksi Saluran Cerna yang Mengintai Anak-Anak

Rotavirus merupakan salah satu penyebab utama diare berat pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Meskipun tersedia pengobatan simptomatik dan vaksinasi, rotavirus tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebelum program vaksinasi meluas, hampir setiap anak mengalami infeksi rotavirus paling tidak sekali sebelum usia lima tahun.
Artikel ini akan mengulas secara komprehensif mengenai rotavirus: mulai dari pengertian, penyebab, gejala, mekanisme penularan, metode diagnosis, pengobatan, hingga langkah-langkah pencegahan termasuk peran penting vaksinasi.
Apa Itu Rotavirus?
Rotavirus adalah virus RNA beruntai ganda dari keluarga Reoviridae yang menyerang usus halus, menyebabkan gastroenteritis akut, khususnya pada anak-anak. Virus ini sangat menular dan mampu bertahan lama di lingkungan, seperti pada permukaan benda atau tangan yang terkontaminasi.
Virus ini dinamakan “rota” karena bentuknya menyerupai roda saat dilihat di bawah mikroskop elektron. Ada tujuh kelompok utama rotavirus (A-G), tetapi rotavirus grup A adalah yang paling umum dan menjadi penyebab utama penyakit pada manusia.
Epidemiologi dan Dampaknya
Sebelum vaksin rotavirus diperkenalkan secara luas, virus ini menyebabkan lebih dari 500.000 kematian anak-anak setiap tahun secara global. Meski angka kematian kini menurun, rotavirus masih menyebabkan jutaan kasus rawat inap dan kunjungan medis setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, rotavirus menjadi salah satu penyebab utama diare akut pada anak di bawah lima tahun.
Cara Penularan
Rotavirus ditularkan terutama melalui jalur fekal-oral, baik melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan permukaan yang tercemar tinja penderita. Anak-anak sangat rentan karena kebiasaan menyentuh berbagai benda dan memasukkan tangan ke mulut.
Virus ini sangat tahan terhadap desinfektan biasa dan dapat bertahan di lingkungan selama berhari-hari, menjadikannya sangat mudah menyebar di lingkungan padat seperti penitipan anak atau rumah sakit.
Gejala Infeksi Rotavirus
Gejala infeksi rotavirus biasanya muncul dalam waktu dua hari setelah terpapar dan meliputi:
- Diare encer yang parah
- Muntah
- Demam
- Nyeri perut
- Kehilangan nafsu makan
- Tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, mulut kering, dan penurunan jumlah urin
Pada bayi dan anak-anak, dehidrasi akibat diare bisa sangat cepat dan berbahaya, bahkan berpotensi mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat.
Diagnosis
Diagnosis rotavirus umumnya dilakukan melalui pemeriksaan sampel tinja dengan metode imunokromatografi atau ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) untuk mendeteksi antigen rotavirus. Dalam beberapa kasus, diagnosis juga dapat dilakukan menggunakan metode PCR untuk mengidentifikasi materi genetik virus.
Pengobatan
Tidak ada obat antivirus khusus untuk rotavirus. Pengobatan bersifat suportif dan bertujuan untuk mencegah serta mengatasi dehidrasi. Langkah utama pengobatan meliputi:
- Rehidrasi oral dengan larutan oralit atau cairan elektrolit
- Rehidrasi intravena jika dehidrasi berat
- Nutrisi yang adekuat untuk mempercepat pemulihan
- Obat simtomatik seperti antipiretik untuk demam
Antibiotik tidak efektif karena rotavirus adalah infeksi virus, bukan bakteri.
Pencegahan
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk mencegah infeksi rotavirus. WHO merekomendasikan agar vaksin rotavirus dimasukkan dalam program imunisasi rutin bayi. Di Indonesia, vaksin ini tersedia namun belum menjadi bagian dari imunisasi dasar nasional.
Terdapat dua jenis vaksin rotavirus yang umum digunakan:
- Rotarix: diberikan dalam dua dosis (usia 6 dan 10 minggu)
- RotaTeq: diberikan dalam tiga dosis (usia 6, 10, dan 14 minggu)
Menurut WHO, vaksin rotavirus telah menunjukkan efikasi tinggi dalam menurunkan angka rawat inap dan kematian akibat diare berat.
Kebersihan dan Sanitasi
Langkah kebersihan yang baik dapat membantu mencegah penyebaran rotavirus:
- Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar
- Membersihkan permukaan dan mainan anak secara rutin
- Menjaga sanitasi makanan dan air minum
Kutipan dari Sumber Terpercaya
Menurut WHO: “Rotavirus adalah penyebab paling umum diare parah pada anak-anak di seluruh dunia. Vaksinasi telah terbukti secara signifikan mengurangi beban penyakit ini.”
Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan: “Vaksin rotavirus adalah salah satu vaksin yang sebaiknya diberikan untuk mencegah penyakit diare berat yang dapat berujung pada dehidrasi dan kematian, terutama pada anak usia dini.”
Komplikasi
Infeksi rotavirus dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama jika tidak segera ditangani. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
- Dehidrasi berat hingga syok hipovolemik
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Malnutrisi karena kehilangan nutrisi melalui diare
- Keparahan penyakit meningkat pada anak dengan sistem imun lemah
Prognosis
Sebagian besar anak yang terinfeksi rotavirus dapat sembuh total dalam beberapa hari dengan perawatan yang tepat. Namun, anak-anak dengan dehidrasi berat atau akses terbatas terhadap layanan kesehatan berisiko mengalami komplikasi serius.
Kesimpulan
Rotavirus merupakan ancaman serius bagi kesehatan anak-anak, khususnya di negara berkembang. Meskipun pengobatan bersifat suportif, pencegahan melalui vaksinasi dan peningkatan kebersihan lingkungan adalah kunci utama dalam mengendalikan penyebaran virus ini.
Dengan kesadaran masyarakat dan dukungan kebijakan kesehatan publik yang kuat, beban penyakit rotavirus dapat ditekan secara signifikan. Langkah seperti memasukkan vaksin rotavirus ke dalam imunisasi nasional bisa menjadi terobosan penting untuk masa depan kesehatan anak Indonesia.
Referensi:
- World Health Organization . “Rotavirus”. WHO, 2024.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) . “Rekomendasi Imunisasi 2024”.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) . “Rotavirus Disease”.